Menjadikan Lembur Sebagai Solusi?
Menjadikan Lembur Sebagai Solusi? |
Kerja lembur sering dijadikan jalan terakhir untuk menyelesaikan pekerjaan yang harus diselesaikan dengan cepat, karena berbagai alasan. Atau jangan-jangan, lembur memang cuma satu-satunya jalan, karena jam kerja normal tidak dengan baik dimanfaatkan?
Jika terlalu sering terjadi, kemungkinannya adalah ada sesuatu mendasar yang perlu diperbaiki. Karena seharusnya lembur memang digunakan jika terjadi hal-hal diluar kendali dalam pekerjaan, seperti permintaan khusus dari klien, terjadi kerusakan, dan sebagainya.
Apa sesuatu mendasar yang perlu diperbaiki?
Menurut saya adalah cara bekerja. Cara bekerja akan sangat menentukan apakah sebuah pekerjaan bisa selesai cukup dengan waktu singkat, atau malah selesai dengan terlambat. Dan ini berlaku untuk pekerjaan kantoran maupun freelance.
Inti dari sebuah pekerjaan adalah kita sebagai pekerja dihadapkan pada sebuah permasalahan dari mereka sebagai klien yang memberikan kita pekerjaan untuk selanjutnya bisa mendapatkan bayaran. Permasalahan ini bisa berbagai macam bentuknya.
Jika bekerja di bengkel, sebagai teknisi kita perlu menyelesaikan masalah mesin motor tidak menyala. Jika bekerja sebagai graphic designer, kita perlu menyelesaikan masalah bagaimana supaya bisa menciptakan desain yang sesuai dengan brief yang diberikan oleh klien.
Image: unsplash.com |
Setelah dihadapkan pada inti permasalahan dari pekerjaan, langkah selanjutnya yang paling krusial dan jangan sampai tertinggal adalah: menjaga komunikasi.
Jangan pernah membuat asumsi sendiri atas apa yang perlu dikerjakan, karena pekerjaan bisa terjadi akibat pertemuan dua kebutuhan: kita sebagai pekerja yang bisa menawarkan solusi dan membutuhkan honor, dan mereka sebagai klien yang perlu diselesaikan masalahnya dan bisa memberikan honor.
Kecuali jika kita sudah sangat berpengalaman di bidang yang dikerjakan, sampai akhirnya ketika ada klien bekerja sama dengan kita, mereka pasrah dengan apa yang akan kita kerjakan. Walaupun saya yakin hal ini tidak akan terjadi juga.
●●●
Akibat Komunikasi Buruk
Permasalahan komunikasi sering jadi penyebab kenapa sebuah pekerjaan akhirnya tidak berakhir sesuai harapan. Contoh: jika seorang graphic designer setelah menerima brief dari klien, dia langsung membuat segala sesuatunya sendiri tanpa mengkonfirmasi ulang apa yang perlu dikerjakan, tidak mengkomunikasikan progress selama kerja sama berlangsung, dan langsung menunjukkan hasil akhir desainnya berdasarkan asumsi yang dia buat sendiri di awal, kemungkinan apa yang akan terjadi?
Kemungkinan yang paling sering terjadi adalah, desain yang sudah dibuat tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh klien dan akhirnya pekerjaan yang sudah dikerjakan dengan menyita banyak waktu itu ditolak dan perlu diulang dari awal. Menjengkelkan pasti.
Akhirnya berdampak kepada mood kedua belah pihak yang memburuk. Designer jengkel karena merasa hasil kerjanya tidak dihargai, klien jengkel karena merasa memberikan pekerjaan ke orang yang salah. Belum lagi berdampak ke urusan pembayaran yang akhirnya mundur karena pekerjaan perlu diulang, dan honor yang berkurang karena hasil pekerjaan tidak sesuai harapan.
Image: unsplash.com |
Kenapa tidak dari awal diantisipasi dengan mengkomunikasikan segala sesuatunya supaya ketika kerja sama berlangsung tidak ada salah paham yang berakibat kemana-mana nantinya. Dengan rutin berkomunikasi, peluang untuk membentuk kerja sama yang baik dengan hasil akhir yang memuaskan kedua belah pihak akan semakin membesar.
Dengan tidak menerapkan komunikasi yang baik itu pula, akhirnya pekerjaan jadi tak kunjung selesai, karena perlu perbaikan disana sini, dan resikonya tentu adalah meluangkan waktu dan tenaga ekstra untuk bersedia kerja diluar jam normal atau lembur.
Sialnya lagi, karena yang perlu dikerjakan saat lembur itu adalah bentuk tanggung jawab karena kesalahan dalam menerjemahkan keinginan klien, ada resiko bahwa lembur itu bersifat sukarela alias tidak dibayar. Makin buruk lah mood dalam bekerja yang bisa berakibat pada hasil akhir pekerjaan.
●●●
Pengalaman Pribadi
Berdasarkan pengalaman pribadi yang sudah merasakan kerja lembur bekali-kali, bahkan yang sifatnya sukarela juga, lemburan sering hanya berdampak pada bertambahnya waktu kerja tapi malah membuat berkurangnya kualitas pekerjaan.
Kenapa? Karena tiap orang pasti punya batasnya untuk bisa menggunakan tenaga dan pikirannya secara optimal, dan jika sudah melewati batas tersebut, yang terjadi adalah penurunan kinerja.
Karena satu hal sederhana, komunikasi, bisa berdampak kemana-mana. Dengan memiliki komunikasi yang baik dengan rekan kerja maupun klien, kita bisa menghindari berbagai kemungkinan buruk itu untuk terjadi.
Kerja dengan waktu normal tapi bisa menyelesaikan banyak hal. Dengan begitu ketika saatnya jam kerja selesai, kita bisa pulang dan kembali bekerja lagi esok hari dengan tenang. Banyak waktu juga yang akhirnya bisa dimanfaatkan karena bisa menyelesaikan pekerjaan dengan efektif, menjalankan hobi, ngobrol dengan orang-orang terdekat, dan lain-lain.
●●●
Kesimpulan
Di sini saya tidak bermaksud untuk menolak mentah-mentah sistem kerja lembur, karena saya pun termasuk orang yang beberapa kali merasakan sendiri kompensasi yang sesuai karena mau melakukannya.
Yang coba saya kritisi adalah lembur karena kesalahan sendiri. Karena kurang komunikasi dan tidak bisa memaksimalkan jam kerja normal, yang akhirnya bisa berdampak ke banyak hal. Tidak jarang bahkan karena seluruh waktu tersita untuk pekerjaan, akhirnya hubungan sosial dengan orang-orang terdekat jadi renggang dan makin menambah permasalahan.
Silahkan kerja lembur dan nikmati kompensasinya, tapi ingat, gunakan itu sebagai solusi terakhir ketika terjadi hal mendesak dan sudah melakukan segala upaya terbaik untuk bisa menyelesaikan pekerjaan di waktu normal.
⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼
Baca artikel terkait:
Comments
Post a Comment